Camera and Gadget Tips

Nokia dan BlackBerry pernah jaya dan saling bersaing, dan akhirnya kalah dengan merek lain (Image: quora.com)   Apakah anda pernah menjadi bagian dari milyaran orang yang begitu fanatik pada Nokia dan Blackberry? Seiring berjalannya waktu, industri teknologi telah menyaksikan perubahan yang dramatis. Namun, tidak semua nama besar bertahan di puncak kesuksesan. Nokia dan Blackberry, dua raksasa dalam dunia perangkat seluler, adalah contoh yang menggambarkan bagaimana ketidakmampuan beradaptasi dengan perubahan pasar bisa menghancurkan bahkan merek yang paling kuat sekalipun.   Nokia: Dari Puncak ke Kegagalan Nokia, perusahaan asal Finlandia, dulu merupakan pemimpin tak tertandingi dalam pasar ponsel. Dengan ponselnya yang tahan banting dan desain yang andal, Nokia mendominasi pasar pada awal 2000-an. Namun, keputusan strategis yang kurang tepat dan kegagalan untuk mengantisipasi tren pasar berujung pada penurunan perusahaan ini.   Perubahan Perangkat: Saat industri ponsel bergerak

Sebelum Samsung berjaya Nokia adalah mobile phone yang menguasai pasar handphone dunia, termasuk di Indonesia. Memiliki HP Nokia rasanya bergengsi meskipun di masa jayanya ada saingan seperti Motorola, Ericsson yang kemudian muncul dengan nama Sony Ericsson. Munculnya Blackberry membuat Nokia akhirnya surut karena terlalu lama percaya diri dengan sistem operasinya, sedangkan Blackberry memiliki teknologi percakapan yang disebut Blackberry Messenger (BBM).  Adanya fitur BBM menjadi gengsi baru para penggemar gadget dunia. Kini Nokia mulai sering melakukan remake terhadap produk lawasnya dengan fitur tambahan seperti WhatsUp dan kemampuan kamera yang lebih baik.  Meskipun Nokia sempat meluncurkan Nokia 8 namun tidak bisa merebut hati penggila smartphone yang diserbu oleh Oppo, Xiaomi, dan tentu saja Samsung Galaxy, Huawei dan brand baru yang terus bermunculan. Sepertinya R & D maupun ahli marketingnya kurang tanggap dengan lompatan yang dilakukan oleh Xiaomi atau Samsung.  Kini Nokia